Senin, 16 November 2009

2012: Kiamat, Mama Lauren dan Kita by Rusle

Ada persamaan kentara antara sejarahwan dan ahli nujum, keduanya
membicarakan hal-hal yang tidak pernah dialaminya sendiri. Kalau sejarahwan
memaparkan 'temuan'nya dengan mengambil kutipan-kutipan terserak yang
bersumber dari masa lalu, maka ahli nujum - beken dengan sebutan paranormal,
menyendok 'ramalan' masa depan dari penerawangannya. Meski sejarahwan
melandaskan analisisnya dari sebuah hasil studi yang ilmiah, namun ia tidak
mampu menghadirkan gambaran utuh seperti apa masa lalu.


Mahfum kita pahami bahwa kutipan-kutipan sejarah adalah tetulisan atau
kronik dari pihak pemenang, sebagai bagian dari propaganda atau justifikasi
pembenaran mengapa para pemenang sejarah memberangus lawan-lawannya. Para
pecundang tentu saja tak sempat menuliskan sejarah dari perspektif mereka,
karena keburu habis ditumpas jawara zamannya. Kecuali, beberapa tetulisan
saja dan tergolong sedikit yang bisa diselamatkan pihak pecundang. Meski
begitu, arus besar penulisan sejarah tetap didominasi oleh para pemenang,
hingga seakan-akan itulah fakta sejarah.




Demikian juga halnya dengan ahli nujum. Meski keberadaannya sering
diidentikkan dengan semua hal berbau klenik dan dengan demikian, menjadi
musuh agama dan para ilmuwan, ramalan mereka masih mendominasi ruang pikir
masyarakat. Meski dalam banyak hal, ilmuwan dan ahli agama juga gandrung
soal apa yang akan terjadi di masa depan. Kalau ilmuwan menyebutnya sebagai
prediksi, maka ahli agama -dengan bersandar pada penafsiran religiusnya -
menyebutnya nubuwat. Sedang ahli nujum, penerawangannya betapapun kelihatan
meyakinkan, menyandarkan pada hal-hal yang sangat subyektif. Suka tidak
suka, dalam beberapa hal ahli nujum dan ahli agama bersaing merebut 'iman'
orang per orang. Masyarakat yang kadar intelegensianya beragam, memiliki
tingkat akseptibilitas yang juga berbeda.


Bahwa masih banyak diantara masyarakat kita yang percaya atau minimal
terpengaruh oleh ramalan para ahli nujum, ketimbang prediksi ilmuwan atau
nubuwat kitab suci, tentu itu lebih karena tingkat kerumitan penalaran nya
yang lebih simpel daripada keduanya.


Pagi ini saya disuguhi lagi tontonan memukau, ketika Mama Lauren - ahli
nujum tersohor di republik bedebah ini, tampil lagi dengan ramalannya soal
tahun 2012. Jauh sebelum filem besutan Roland Emmerich berjudul sama itu
tayang di bioskop-bioskop jaringan XXI, Mama Lauren sudah beberapa kali
meluncurkan hits ramalannya soal kejadian besar yang akan menimpa dunia, bil
khusus Indonesia di tahun 2012. Dalam salah satu acara di Indosiar pada
bulan April 2007, Mama Lauren meramalkan akan terjadi kiamat besar pada
tahun 2012. Di wawancarai oleh Indro dan alm. Taufik Savalas, Mama Lauren
mengungkapkan bahwa Indonesia akan tinggal 60% nya saja di tahun tersebut.


Saya percaya, Mama Lauren tidak asal ngomong. Sebagai seorang pesohor
kaliber nasional, Mama Lauren juga perlu membekali dirinya dengan banyak
asupan bacaan atau 'pengetahuan' yang relevan dengan bidang 'keahliannya'.
Sejatinya, ramalan Mama Lauren tentang akhir dunia tahun 2012 merujuk kepada
referensi yang sama dengan sumber inspirasi filem 2012 yang ceritanya
ditulis sendiri oleh sang sutradara Roland Emmerich bersama Harald Kloser.
Kiamat 2012 menurut filem yang dirilis di tanggal 'seram', Jumat-13 November
2009 (Friday the 13th), didasarkan pada penanggalan kuno suku Indian Maya.
Konon pada tanggal 21 Desember 2012, hitungan kalender panjang suku Maya
yang merentang selama 5,125 tahun akan berakhir.


Berakhirnya penanggalan Maya ini ditengarai juga akan mengakhiri umur bumi
dan isinya. Menurut ramalan ini, pada akhir 2012 kiamat bumi akan ditandai
dengan banyak fenomena bencana alam - yang meski aneh, didukung oleh
prediksi beberapa ilmuwan, semisal meteor besar (atau planet kecil Nibiru)
akan melewati atau menabrak bumi, juga kesejajaran galaktik yang terjadi
akan menciptakan efek gravitasi super-dahsyat yang dihasilkan dari gabungan
daya tarik matahari dan lubang hitam di pusat galaksi Bima Sakti. Efek
gravitasi mahabesar ini akan dialami bumi, sumber energi dari lubang besar
ini menyedot semua benda langit dan menimbulkan chaos. Berakhirlah dunia!


Nostradamus, ahli nujum legendaris asal Prancis yang hidup di abad ke-16
juga diberitakan meramalkan 2012 sebagai tahun penghancuran bumi. Menurut
paranormal paling beken sepanjang sejarah manusia ini, pada tahun 2012 akan
ada komet besar yang menghantam bumi sehingga memberikan efek bencana yang
dahsyat semisal tsunami yang akan menenggelamkan pegunungan Himalaya, juga
perang dunia ke-3 akan terjadi - mungkin antara Israel dan sekutunya melawan
Iran.


*Percayakah?*


Terlepas dari gencarnya nujum-nujum dari paranormal atau sineas yang mengisi
ruang dengar dan ruang pandang kita, beberapa tahun belakangan ini memang
kita banyak menyaksikan bencana alam dahsyat yang memakan korban di sekitar
kita. Kiamat-kiamat lokal terjadi dimana-mana, intensitas yang makin tinggi
dianggap bermula sejak pemerintahan SBY mulai memerintah - oleh sebahagian
orang kemudian dipolitisasi menjadi kutukan politis bangsa yang memilih
beliau.


Tsunami Aceh (2004), Gempa Jogja dan Lumpur Lapindo (2006), Gempa Sumbar
(2009) dan gempa beruntun saban pekan di sepanjang *ring of fire* yang
melingkupi Indonesia, banjir bandang di mana-mana, dan sebagainya. Act of
God ini sejatinya dimaknai sebagai tanda-tanda akhir dunia, yang oleh ahli
agama digadang-gadang bermula sejak rasul terakhir diturunkan ke dunia.


SBY pun bisa menciptakan kiamat politis dahsyat untuk KPK, kalau seandainya
membiarkan dengan sengaja para buaya laknat bersekongkol memakzulkan para
pimpinan KPK.


Di banyak khutbah, para pendakwah memaklumatkan bahwa kejadian-kejadian ini
adalah awal kehancuran dunia, yang disebabkan makin tenggelamnya umat
manusia dalam kemaksiatan sementara kuantitas peribadatan makin berkurang.
Bencana ini adalah buah ketidakpedulian banyak elemen bangsa yang
mengabaikan agama, dengan menisbikan peran nurani dan kitab suci dalam
banyak kebijakan. Alih-alih memberantas persenggamaan ilegal dan perjudian,
pemerintah seakan bersikap ignorance kepada semua hal nista itu. Alih-alih
menunjukkan tauladan bagi rakyatnya, korupsi, kolusi dan persekongkolan
jahat melumat si jujur dan si lemah malah dipertontonkan oleh aparat
pemerintahan. Alih-alih menyantuni anak yatim, fakir miskin, janda melarat
dan anak-anak jalanan, pemerintah lebih memilih memanjakan para bankir dan
deposan yang sudah dari sono nya kaya raya tak karuan.


Kiamat memang ditandai dengan banyak hal kontradiktif. Bencana alam
merupakan salah satu wajahnya. Idealnya semua pada tempatnya, ketika semua
makin tak beraturan, maka kita menamakannya kiamat.


Masyarakat awam, termasuk saya, lebih melihat hal ini sebagai sebuah
rentetan proses yang alami. Segala sesuatunya tentu tak akan ada yang kekal,
kecuali Sang Maha Pencipta. Bencana alam dan kematian mahluk yang
menyertainya adalah kiamat sesungguhnya, terutama bagi yang mengalaminya.
Kita yang menonton, hanya bisa mengelus dada memaknainya sebagai sebuah
peringatan tegas, sambil menunggu waktu kiamat yang mendatangi kita.


Kembali ke Mama Lauren, Nostradamus, Roland Emmerich atau para peramal
lainnya, punya satu garis persamaan lagi dengan sejarahwan dan ahli agama.
Bahwa apa yang mereka ungkapkan sejatinya mengemban pesan moral yang layak
dijadikan peringatan buat kita semua yang masih hidup. Bahwa semua peristiwa
masa lalu, atau ramalan masa depan adalah bahan untuk kita semua kembali
kepada hal-hal yang ideal. Kembali menapaki jalan yang lurus supaya tidak
terjerembab seperti pecundang di masa lalu, atau tidak menjadi korban untuk
bencana di masa datang. Tentu bukan menjadi seorang fatalis yang tidak punya
percaya diri untuk tetap komitmen menjalani rutinitas sebagai khalifah bumi.
Tapi mengisinya dengan banyak hal berarti, meski hanya untuk pribadi atau
keluarga. Seperti seorang penjual sayur yang percaya bahwa besok masih akan
ada ibu-ibu yang membutuhkan sayur jualannya. Ramalan? Bukan. Itu optimisme
hidup.

2 komentar:

  1. uraian anda bagus sekali, kalau saya sih ambil simpelnya.. ok lah 2012 kiamat, apa salahnya kalau selama kurang lebih 3 tahun mendatang kita berbenah diri, akhlak, hubungan sosial, hubungan dengan Yang Diatas.. so, kalau ga jadi kiamat paling tidak, yah jadi MANUSIA BARU.. kalau kiamat... yah, mumpung diberi kesempatan, 3 tahun waktu yang singkat

    BalasHapus
  2. Trimakasih, saya hanya berbagi tulisan saja. Mudah-mudahan dapat menjadikan lebih mendekatkan diri lagi pada yang maha kuasa.

    BalasHapus

kunjungi selalu http://dindingmenulisonline-getaufan.blogspot.com