Kamis, 21 Januari 2010

Prakiraan Iklim Indonesia 2010

Oleh: Erma Yulihastin


Sudah mafhum diketahui, tahun baru merupakan momentum untuk menayangkan ulang peristiwa penting yang terjadi sepanjang tahun lalu. Bagaikan membuka lagi rekaman lama, kejadian penting di berbagai bidang disorot kembali oleh media massa melalui berbagai acara semacam ”kaleidoskop” dengan tujuan untuk menyegarkan ingatan, mengambil pelajaran serta peringatan bahwa peristiwa yang sama dapat saja berulang meski tahun telah berganti. Bencana alam yang sama buruknya atau bahkan lebih buruk
dari tahun lalu dapat terjadi kembali. Mengevaluasi kondisi iklim di Indonesia sepanjang tahun 2009 menjadi penting sebab bencana alam terkait dengan iklim seperti banjir dan kekeringan merupakan bencana yang paling sering terjadi dengan tingkat risiko nomor wahid berdasarkan peringkat kebencanaan di negeri khatulistiwa ini. Jadi
bagaimanakah kondisi iklim di indonesia selama 2009 lalu? Bagaimana pula prediksi Iklim di Indonesia pada 2010? Artikel ini bermaksud mengulasnya secara ringkas dalam tinjauan ilmiah.

Iklim Ekstream
Pada April 2009, iklim ekstrem berupa kekeringan yang berlebihan terjadi di wilayah tenggara Indonesia, seperti Lombok, NTB, NTT, Kupang, dan Maluku bagian selatan. Pada saat yang sama, kekeringan ekstrem juga melanda Australia bagian utara. Ekstrem kering ini didasarkan pada analisis iklim ekstrem yang dikeluarkan JMA (Japan Meteorological Agency) yang membagi kondisi ekstrem menjadi empat kelompok, yakni ekstrem panas, ekstrem dingin, ekstrem kering, dan ekstrem basah. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan pengukuran satelit terhadap besar suhu dan kadar curah hujan di suatu wilayah. Satelit juga memantau terjadinya siklon tropis yang juga dikategorikan sebagai iklim ekstrem.
Kekeringan ekstrem yang terjadi di bagian tenggara Indonesia selama bulan April memiliki hubungan yang erat dengan kondisi angin monsun selama April 2009. Sejak awal April 2009, angin monsun barat (yang mendapat pengaruh dari monsun Asia bersifat basah dan membawa uap air hujan dari Samudra Pasifik) melemah di bagian tenggara Indonesia.
Angin monsun timur (yang berasal dari Australia, bersifat kering)justru telah masuk ke Indonesia melalui celah timur dan berembus kuat di atas wilayah tersebut. Penyimpangan sirkulasi angin monsun di bulan April ini (yang seharusnya masih merupakan musim hujan karena pengaruh monsun barat Asia) terjadi karena terdapat depresi tekanan yang kuat di wilayah Filipina akibat dari pertumbuhan dan pembentukan siklon tropis Kujira.

Kondisi Hujan
Hujan pada bulan-bulan awal tahun 2009 berada dalam kondisi normal berdasarkan pengamatan satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) milik Jepang (JAXA) dan Amerika Serikat (NASA). Dengan demikian, hujan yang cukup terjadi pada hampir seluruh wilayah Indonesia. Namun mulai April, curah hujan di bawah normal (anomali
negatif 5 milimeter/hari) terjadi di Indonesia bagian timur (Papua, tenggara (Lombok, NTB, NTT, Kupang), timur laut (Sulawesi, Maluku, Halmahera). Pada bulan Mei, kondisi kurang hujan meluas di sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Jawa sebagai tanda dimulainya musim kemarau tahun 2009.
Selama Juni, kekeringan meluas ke seluruh wilayah Indonesia dengan anomali curah hujan yang semakin negatif (-10 milimeter/hari) . Namun pada Juli, sebagian Sumatra Utara, Kalimantan Utara, Papu bagian barat, serta Maluku dan Sulawesi Selatan mulai mengalami hujan yang normal. Pada bulan September dan Oktober, curah hujan normal mulai turun tidak hanya di bagian utara wilayah Indonesia tetapi juga di bagian selatan, termasuk Jawa bagian barat. Meskipun demikian, Indonesia belum memasuki
musim hujan karena wilayah Jawa Timur dan beberapa pulau kecil yang terletak di bagian timurnya masih belum hujan. Barulah pada November, Jawa Timur dan bagian tenggara Indonesia sudah mengalami hujan yang cukup merata, menandakan dimulainya musim hujan 2009.

Moderat hingga kuat
Ciri khas yang paling utama dari iklim Indonesia 2009 adalah terjadinya El Nino dengan intensitas sedang yang berlangsung sejak pertengahan Juni 2009. El Nino atau pemanasan terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah ekuator sejak Juni dengan suhu sekitar 1 derajat Celsius dan terus naik hingga mendekati 2 derajat Celsius pada Januari 2010. Namun, meskipun terjadi El Nino sepanjang 2009 tetapi iklim di wilayah Benua Maritim Indonesia tidak menunjukkan kekeringan yang berlebihan. Sebagian besar Pulau Jawa bagian barat bahkan mengalami kondisi hujan lebat di musim kemarau.
Kondisi ini karena dipengaruhi kuat oleh dinamika badai tropis yang terjadi di Samudra Pasifik dan Hindia pada musim transisi dari kemarau menjadi hujan. Lagi pula, selama 2009 suhu permukaan laut di Samudra Hindia berada dalam kondisi normal yang diperlihatkan dengan indeks Dipole Mode yang normal. Jika indeks Dipole Mode bernilai positif, maka pendinginan suhu permukaan laut sedang terjadi di Samudra Hindia dekat (barat) Sumatra, menyebabkan aktivitas konveksi di barat Indonesia
(Sumatra dan sekitarnya) menjadi berkurang sehingga hujan tidak terjadi. Gabungan Dipole Mode positif dan El Nino inilah yang terjadi pada 1997/1998 ketika Indonesia mengalami kekeringan panjang dan berlebihan.
Selain itu, fluktuasi gelombang MJO (Madden Julian Oscillation) yang sering menguat dan terjadi di Benua Maritim Indonesia sepanjang 2009 juga memberikan akibat pada pembentukan kelompok awan cumulonimbus yang sangat efektif dalam menghasilkan hujan secara sporadis (turun tiba-tiba dalam jumlah besar) di wilayah Indonesia selama 2009.
El Nino kuat dengan nilai mendekati 2 derajat Celsius bahkan diprediksi oleh model gabungan (ensamble) Badan Meteorologi Australia (BOM) akan terjadi sampai Februari 2010. Selanjutnya El Nino melemah dengan suhu sekitar 1 derajat Celsius hingga Agustus 2010. Dengan demikian, El Nino diprediksi masih membayang-bayangi kondisi iklim Indonesia 2010.

Prediksi iklim 2010
Prediksi iklim 2010 dapat dijelaskan dalam beberapa poin. Pertama, El Nino sedang dan lemah akan terjadi hingga Juli 2010 (Model BOM, Australia). El Nino kuat hingga sedang akan terjadi hingga Februari 2010 dengan peluang sebesar 98 persen (Model IRI, Columbia). Kondisi ini akan memberikan efek pada tidak adanya hujan yang cukup di wilayah Indonesia bagian timur pada 2010.
Kedua, suhu permukaan laut di Samudra Hindia akan berada dalam kondisi normal hingga pertengahan 2010. Hal ini menunjukkan pembentukan awan yang berasal dari Samudra Hindia akan tetap banyak terjadi dan memengaruhi pola hujan di wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian barat.
Ketiga, pada Februari mendatang angin monsun barat laut akan bertiup semakin kuat di sebagian besar wilayah Indonesia sehingga hujan secara sporadis akan melanda sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di bagian barat dan selatan. Monsun barat laut yang bersifat lembap dan berangin ini berasal dari benua Asia yang saat ini sedang mengalami musim dingin.
Di sebagian Cina dan Korea bahkan terjadi badai salju yang memburuk sejak awal Januari. Kondisi ini membuat angin monsun barat laut yang terjadi di wilayah Indonesia bertiup dengan kekuatan yang semakin besar tetapi tidak stabil sehingga berpengaruh pada cuaca di Indonesia akhir-akhir ini yang didominasi hujan besar dan angin yang kuat (puting beliung).

Tulisan ini dimuat di Pikiran Rakyat, 21 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kunjungi selalu http://dindingmenulisonline-getaufan.blogspot.com